Sabtu, 13 Maret 2010

HADAQSH ....IBADAH SUNNAH Yang Menghantarkan Kita Ke Jannah...

Saudaraku,
Dari Abi Hurairah, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ»

“Barang siapa bershadaqah senilai satu kurma dari usaha yang baik (halal) –Allah tidak menerima kecuali yang baik– maka Allah akan menerima shadaqahnya itu dengan tangan kanannya, kemudian mengembangkannya untuk orang yang bershadaqah sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangbiakan anak kambingnya hingga menjadi seperti gunung.”

hadits mutafaq ‘alaih dari Adiy bin Hatim, ia berkata, aku mendangar Rasulullah saw bersabda :

«مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ سَيُكَلِّمُهُ اللهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى إِلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ»

“Tidaklah salah seorang di antara kalian kecuali akan diajak bicara Allah dengan tanpa penerjemah. Kemudian ia melihat ke sebelah kanannya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia lakukan di dunia. Ia pun melihat ke sebelah kirinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia lakukan di dunia. Dan ia melihat ke depannya, maka ia tidak melihat kecuali neraka di depan wajahnya. Karena itu jagalah diri kalian dari neraka meski dengan sebutir kurma.”

Juga berdasarkan hadits dengan isnad yang shahih dari Jabir dan Abi Ya’la yang dishahihkan oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda kepada Kaab bin Ajrah:

«يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ»

“Wahai Kaab bin Ajrah, shalat adalah pendekatan kepada Allah, puasa adalah perisai, dan shadaqah akan menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api….”

Sebaik-baiknya shadaqah adalah shadaqah yang tersembunyai, berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abi Hurairah tentang tujuh golongan yang akan dinaungi oleh naungan Allah. Rasul saw. menyebutkan di antara mereka adalah

«وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ»

“Seseorang yang bershadaqah kemudian ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanan.”

Begitu juga shadaqah kepada kerabat termasuk shadaqah yang utama berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Zainab ats-Tsaqafiyyah, ia berkata, Rasul saw. bersabda:

«لَهُمَا أَجْرَانِ أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ»

“Kedua orang itu (orang yang bersedekah kepada kerabat) akan mendapatkan dua pahala yaitu pahala kekerabatan dan pahala shadaqah.”

Wallahu'A'lam bissawab...

Bukan Musisi Jalanan

Suatu pagi yang cerah, seorang laki–laki kecil tengah duduk termenung di atas kursi lontar yang berada di teras rumahnya. Anak laki-laki itu bernama Devan.
Devan hidup dengan kedua orangtuanya dan kedua saudaranya kakak dan adik. Mereka tergolong keluarga kurang mampu. Ayah Devan hanya seorang sopir carteran yang kerjanya tidak menentu, sedangkan ibunya seorang pedagang sayuran di pasar yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sedangkan, kakaknya masih kelas satu Sekolah Menengah Pertama dan adiknya masih berusia tiga tahun. Devan sendiri sudah tidak sekolah lagi karena keterbatasan biaya.
Pada sutu hari kedua orangtuanya tidak mampu membayar uang SPP kakaknya. Karena, ayahnya sudah sebulan tidak ada panggilan untuk menjadi sopir carteran. Dan, uang penghasilan ibunya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Masalah tersebut membuat Devan berpikir : alangkah baiknya jika dia membantu orangtuanya. Pikiran Devan pun langsung mengarah ke kota metropolitan dan pengamen. Karena kepiawaiannya dalam bermain musik terutama gitar dan suaranya yang bagus dia pun berpikir untuk menjadi pengamen jalanan dan merantau ke kota metropolitan.
Hari mulai malam, hujan yang datang sejak sore tak kunjung pergi. Udara semakin dingin, Ibu Devan sibuk di dapur membuat singkong goreng. Tak lama kemudian, singkong goreng siap dihidangkan. Devan dan keluarganya tengah asyik menikmati singkong goreng buatan ibunya. Devan sangat menikmati singkong goreng tersebut. Karena singkong goreng buatan ibunya adalah salah satu makanan favorit Devan. Di tengah keasyikannya menikmati singkong goreng, Devan teringat masalah yang tengah dihadapi keluarganya. Dan, Devan pun berpikir sejenak,”Alangkah baiknya jika saya meminta izin dulu kepada Ibu dan Bapak,” gerutu Devan. Devan pun mulai memberikan isyarat kepada kedua orangtuanya bahwa dia akan ngomong sesuatu. Ibu Devan pun langsung memperhatikan Devan,”Kenapa, Nak, kok makannya berhenti?” tanya Ibu Devan.
Dengan nada rendah dan kata-kata yang sopan Devan pun memulai pembicaraannya mengenai niatnya untuk merantau ke Jakarta.
Tak lama kemudian Devan mulai bicara. Devan pun langsung berbicara kepokok masalah.
“Bu,Pak..........sebelumnya Devan minta maaf seandainya yang akan Devan katakan, membuat Ibu dan Bapak merasa tersinggung,” kata Devan sambil menundukkan kepala.
“Tidak apa-apa, memang apa yang akan kamu katakan, Nak?” tanya Ibu penuh penasaran.
Devan pun menjelaskan masalah yang dihadapi keluarganya sekarang.
“Bu,Pak sebenarnya Devan tau apa yang sebenarnya sedang Ibu dan Bapak alami sekarang, pasti masalah uang SPP bulanan kakak, kan?” tanya Devan.
Ayah Devan pun angkat bicara,
“Ya, Nak. Bapak dan Ibu sedang memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membayar uang SPP kakakmu? Akhir-akhir ini, kan, bapak juga tidak ada job untuk menjadi sopir carteran. Sedangkan, penghasilan Ibu hanya cukup untuk makan kita sehari-hari. Namun, Bapak akan berusaha mencari nafkah demi menghidupi keluarga ini dengan cara halal.”
“Karena itu, Pak, Devan ingin berbicara mengenai sesuatu yang mungkin berat bagi Bapak dan Ibu untuk menerima ini semua,” kata Devan
“Apa, Nak, yang ingin kamu katakan?” tanya Ibu.
“Sebenrnya........sebenarnya..........??” jawab Devan dengan nada takut.
“Sebenarnya apa??” tanya Ibu Devan.
“Sebenarnya Devan ingin membantu Ibu dan Bapak mencari nafkah dan Devan punya ide bagaimana seandainya Devan merantau ke Jakarta untuk menjadi pengamen jalanan?”
“Jangan, Nak, itu sangat berbahaya bagi kamu. Apalagi kamu masih kecil.........” sahut Ibu
“Tidak, Bu, Devan janji akan berhati-hati disana jika Ibu dan Bapak mengizinkan Devan untuk melakukan hal itu pasti Allah SWT akan meridhai dan menjaga Devan untuk melakukan hal itu,” jawab Devan dengan penuh keyakinan.
“Tapi, Nak........???” jawab Ibu dengan nada kekhawatiran.
“Tidak apa-apa, Bu.......tolong Ibu dan Bapak memikirkan lagi, Devan mohon Ibu dan Bapak mengizinkan Devan. Ini juga demi kita, kakak dan adik,” jawab Devan.
“Udah, Bu.........Devan mau tidur dulu. Devan mohon Ibu dan Bapak memikirkan lagi dan mengizinkan Devan melakukan hal itu,” kata Devan.
Kemudian Devan pun bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera solat isya. Sehabis solat Devan langsung tidur.
Tengah malam pun tiba Ibu Devan tetap tidak bisa tidur dan akhirnya Ibu Devan mengambil air wudhu dan segera bertahajud serta istikharah untuk memohon petunjuk pada sang Pencipta. Hal tersebut juga dilakukan bapaknya di tempat yang berbeda.
Kicauan burung-burung cicit bersautan merdu. Kemerahan di timur telah menyambut pagi hari yang sangat cerah ini. Keluarga Devan sudah siap dengan tugas-tugasnya yang selalu dikerjakan setiap pagi. Pagi itu Ibu Devan sudah pulang dari pasar karena Ibu Devan pergi ke pasar pukul lima habis subuh. Devan, Ibu dan bapaknya tengah melanjutkan pembicaraanya tadi malam. Ibu Devan bertanya sekali lagi pada Devan.
“Nak, apakah kamu benar-benar ingin merantau ke Jakarta?” tanya Ibu.
“Ya, Bu........Devan benar-benar ingin pergi ke Jakarta!!!” jawab Devan.
“Apakah kamu sudah memikirkan itu semua matang-matang?” tanya Ibu lagi.
“Sudah, Bu........” jawab Devan memastikan.
“Atas rundingan Bapak dan Ibu serta atas petunjuk dari Allah, Ibu dan Bapak mengizinkan kamu untuk pergi ke Jakarta. Tapi, ada satu pesan dari Ibu. Jadilah dirimu sendiri, jangan kamu ikut-ikutan orang lain di sana dan berhati-hatilah di sana,” pesan dari ibunya.
“Ya, Bu...... insyaallah Devan patuhi pesan dari Ibu,” jawab Devan.
“Ya, Nak......hati-hatilah di sana, di kota tidak sama seperti di kampung,” tambah bapaknya.
Devan, Ibu, dan bapaknya berunding kapan Devan berangkat merantau. Akhir minggu depanlah Devan berangkat merantau. Dalam waktu seminggu itu Devan mempersiapkan segala sesuatu baik mental maupun fisiknya untuk merantau ke Jakarta.
Hari yang ditunggu-tunggu Devan telah tiba, ia berangkat ke Jakarta dengan kereta api. Devan diantar oleh orangtua dan kedua saudaranya sampai di stasiun. Devan pun berangkat pukul enam dengan naik kereta api jurusan Jakarta-Bandung. Keluarganya melepas kepergian Devan dengan isak tangis keharuan.
Setelah tiba di Jakarta Devan memulai kehidupannya seorang diri dengan mengamen dari stasiun ke satsiun. Pekerjaannya itu ia lakukan selama sembilan tahun. Pahit, getirnya kehidupan di jalanan dia lakukan dengan penuh kesabaran.


***
(Sembilan Tahun Kemudian)



Selama sembilan tahun itu Devan akhirnya dapat membantu orangtuanya. Sedikt demi sedikit uang hasil mengamen ia kumpulkan sehingga, ia dapat mengirim uang ke kampung. Dan dapat menyekolahkan kakaknya hingga lulus SMA. Pada tahun 2008 inilah kesempatan Devan mengubah nasibnya. Devan pun tak mau ketinggalan mengikuti audisi-audisi untuk menjadi penyanyi. Atas saran dan dukungan orang-orang di sekitarnya sesama pengamen jalanan. Devan akhirnya mengikuti audisi salah satu ajang penyalur bakat di salah satu stasiun TV swasta. Dan, setelah melakukan berbagai tes dari dewan juri, akhirnya Devan masuk 50 besar dan dapat menyisihkan ribuan peserta lainnya. Devan pun bersyukur dan tidak ingin keluarganya yang di kampung tidak mengetahui ini semua. Devan langsung membuat surat untuk memberi kabar orangtuanya di kampung dengan rasa syukur serta haru kegembiraan. Devan mulai menulis kata demi kata, di bawah ini sepenggal surat yang ditulis Devan:

Kepada
Yth. Ibu, Bapak, Kakak serta Adik
Di bumi kelahiran

Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bu, bagaimana kabarnya? dan bagaimana kabar Bapak, kakak serta adik? Saya di sini dalam keadaan sehat, baik tak kurang suatu apapun. Semoga keluarga di kampung begitu juga. Amin.
Bu, maksud Devan mengirim surat ini, ingin memberitahukan bahwa sekarang Devan tengah mengikuti audisi penyanyi masa kini. Dan setelah Devan mengikuti beberapa tes dari dewan juri dengan lancar, alhamdulillah Devan dinyatakan masuk 50 besar. Dan minggu depan Devan mulai mengikuti babak penyisihan lagi menuju 20 besar.
Bu, Devan minta doa restu keluarga di kampung semoga Devan masuk 20 besar dan menjadi duta kota kita. Dan seandainya Ibu ingin ke Jakarta menemui saya, Ibu bisa berangkat menggunakan kereta api jurusan Jakarta-Bandung. Nanti Devan jemput di stasiun.
Ibu dan keluarga yang tercinta,
Hanya ini yang dapat Devan tulis, saya juga mendoakan keluar di kampung dalam lindungan Allah SWT dan mendapatkan rahmat dan taufik yang dilimpahkan-Nya. Amin.
Wassalam,
Salam kangen,

Devan


Besoknya pun orangtua Devan memesan tiket kereta api jurusan Jakarta-Bandung untuk pergi ke Jakarta menemui Devan.
Dua hari kemudian Ibu Devan tiba di Jakarta. Devan sudah menunggu ibunya di stasiun. Kedatangan ibunya ke Jakarta disambut dengan pelukan kasih sayang antara anak dan orangtua. Devan mengajak ibunya ke rumah temannya yang dia tinggali selama ini. Di situlah Devan menceritakan semua kepada ibunya dan melepas rindu bersama ibunya. Tak disangka-sangka oleh Devan, ternyata ibunya rela berpuasa demi kesuksesan anaknya di kota metropolitan. Ibunya tidak lama di Jakarta, hanya tiga hari. Setelah itu pulang ke kampung.
Sehari sesudah kepulangan ibunya, Devan mendapat panggilan dari salah satu stasiun TV swasta. Bahwa dia masuk menjadi finalis wakil dari kotanya untuk menjadi penyanyi masa kini. Kariernya itu pun ia jalani dengan senang hati dan rasa syukur kepada Allah SWT hingga dia berhasil menjadi penyanyi terbaik dalam kontes tersebut.
Akhirnya. Devan sekarang hidup lebih baik daripada yang lalu. Kakaknya pun sekarang juga sudah bekerja dan orangtuanya serta adiknya hidup dengannya di Jakarta dengan penuh kebahagiaan. Namun, Devan dan keluarganya tidak lupa dengan Allah SWT dan di setiap waktu mereka berdoa dan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan.
Cobaan adalah bagian dari perjalanan hidup dan setiap manusia pasti mengalami.........Kesabaran, Tawakal dan Istiqomah yang mampu menghantarkan pada kemuliaan.

Selasa, 09 Maret 2010